Selasa, 06 April 2021

MENURUNKAN KADAR LOGAM BERAT DALAM DAGING KERANG HIJAU

MENURUNKAN KADAR LOGAM BERAT  DALAM DAGING KERANG HIJAU


Daging Kerang Hijau  dalam satu dua dekade terakhir menjadi salah satu produk perikanan laut yang popular dan merakyat.  Popularitas ini didukung oleh nilai gizi kerang yang baik, jumlah produksi yang terus meningkat karena teknik budidaya yang mudah dan murah serta dapat di panen pada umur 6-7 bulan. 

Yang sering menjadi masalah adalah jika perairan pantai yang digunakan sebagai lokasi budidaya mengalami pencemaran  sehingga kandungan logam berat pada kerang hijau meningkat.  Hal ini kurang baik bagi kesehatan konsumen.  Sebagaimana pada jenis kerang-kerang lainnya, pada daging kerang hijau terakumulasi logam berat karena sifat / kebiasaan makan kerang hijau adalah memfilter/menyaring makanan dari air tempatnya hidup menetap.  Kadar kandungan logam berat dalam daging biasanya lebih tinggi daripada perairan disekitar habitatnya.  Bisa dibayangkan jika perairan tempat hidup kerang hijau telah dicemari oleh limbah rumah tangga dan industry serta limbah pertanian berupa zat racun dari pestisida, deterjen dan limbah pabrik.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi kandungan  logam berat adalah mencari cara menurunkan kandungan logam dengan cara yang praktis, mudah dan murah, sehingga bisa digunakan oleh produsen/nelayan dan ibu rumah tangga dalam mengolah hasil budidaya.

 


Gambar 2. Kerang Hijau siap santap

Dari penelitian yang dilakukan terbukti bahwa KMK ( Karboksil Metil Kitosan ) dapat digunakan untuk membantu menurunkan kandungan logam berat Hg dan Pb pada daging kerang hijau hingga mencapai batas yang lumayan aman untuk dikonsumsi. 

Ambang batas kandungan logam berat yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI maupun FAO / WHO untuk logam berat merkuri ( Hg ) adalah 500 ppb, Timbal ( Pb) 2.000 ppb dan Cadmium (Cd) 1.000 ppb.  Pelaksanaan perlakuan penurunan kadar kandungan logam berat pada kerang ini tidak mesti jika kadar tersebut sudah melampaui ambang batas toleransi yang ditetapkan dengan nilai yang telah disebutkan di atas.  Kadar yang masih di bawah batas perlu diwaspadai karena efek bioakumulasinya dalam tubuh manusia yang mengkonsumsinya.  Keracunan logam berat dapat merusak system saraf dan alat-alat dalam tubuh bahkan ada yang bersifat karsinogen.  

SUMBER:

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/download/4367/3788


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Budidaya Ikan Lele dengan Media Kolam Tanah dan Tips Pemeliharaannya Budidaya ikan lele merupakan salah satu kegiatan atau usaha yang b...