Rabu, 28 Februari 2018

MENGOLAH SIOMAY IKAN

 Pembuatan Siomay

Memilih Bahan Baku (ikan)
Untuk mendapatkan hasil olahan yang baik, pada pembuatan siomay dibutuhkan bahan baku/daging ikan yang masih segar. Jenis ikan (hasil perikanan) yang baik untuk bahan baku antara lain :
*      Udang
*      Cumi-cumi
*      Ikan tengiri dan
*      Jenis ikan laut yang mempunyai tekstur lembut (mudah dilumatkan).
Ciri-ciri hasil perikanan yang segar adalah sebagai berikut:
1.  Udang dan cumi-cumi
*      Badan utuh
*      Warna cemerlang
*      Bau segar merangsang
2.  Ikan
*      Badan utuh
*      Warna cemerlang
*      Bau segar merangsang
*      Daging kenyal
*      Insang berwarna merah segar
Membuat Pasta Ikan
Yang dimaksud dengan pasta ikan adalah daging ikan yang sudah dipisahkan dari duri dan kulit ikan, kemudian dilumatkan sehingga berbentuk seperti pasta.
1.  Membuat pasta ikan dari udang
A.   Udang dipotong kepalanya, kemudian dikupas kulitnya
B.    Daging udang dicuci bersih kemudian dilumatkan dengan penggiling daging
C.    Hasil penggilingan daging udang disebut dengan ” pasta” yang merupakan bahan baku pembuatan “ siomay”
2.  Membuat pasta ikan dari cumi-cumi
A.   Daging badan cumi-cumi yang sudah pisahkan dari kepala dan sisi perut dipotong-potong
B.    Potongan daging badan cumi-cumi dicuci bersih kemudian dilumatkan dengan penggilingan daging
C.    Hasil penggilingan daging badan cumi-cumi disebut “pasta” yang merupakan bahan baku pembuatan “somay”
3.  Membuat pasta ikan dari ikan
A.   Ambil daging ikan dengan cara di fillet
B.    Bersihkan daging ikan dari duri, daging merah dan sisa kotoran dicuci bersih
C.    Daging yang sudah bersih dilumatkan dengan penggiling daging
D.   Hasil penggilingan daging ikan disebut dengan ” pasta” yang merupakan bahan baku pembuatan “ siomay”
Membuat adonan dan Memasak Somay
1.   Bahan yang diperlukan untuk 1 (satu) resep adonan :
*      pasta ikan 150 gram
*      pasta cumi-cumi 150 gram
*      pasta udang 150 gram
*      tepung kanji/tapioca 0,5 kg
*      tepung terigu 50 gram
*      telur 1 butir
*      minyak wijen 1 sendok teh
*      garam halus 1 sendok teh
*      bawang putih 1 siung
*      bawang merah 1 siung
*      daun bawang 2 batang
2.   Membuat dan memasak adonan somay
A.   Bumbu (bawang putih, garam) dihaluskan
B.    Campurkan pasta ikan , telur diaduk sampai merata, tambah tepung tapioca dan tepung terigu. Bila diperlukan tambahkan air panas sedikit demi sedikit, sehingga adonan tidak terlalu lembek dan tidak terlalu kering/keras
C.    Adonan dibentuk menjadi bola-bola kecil sebesar bola pingpong (sesuai selera)
D.   Bola-bola adonan dimasak dengan cara dikukus sampai matang (sekitar 30 menit)
Membuat kuah somay
Bahan :
*      kacang tanah 250 gram
*      merica 1 sendok the
*      bawang putih 3 siung
*      bawang merah 3 siung
*      mentega 1 sendok makan
*      cabe merah 2 – 3 gram
*      gula merah secukupnya
*      penyedap rasa secukupnya
*      garam secukupnya

Cara membuat :
A.   Kacang tanah digoreng kemudian di haluskan
B.    Cabe merah, bawang putih, bawang merah dihaluskan kemudian ditumis
C.    Masukkan kacang yang sudah dihaluskan, tambahkan air gula merah dan garam secukupnya
D.   Kuah siap disajikan
Penyajian
A.   Somay yang sudah dimasak ditata dalam piring, dapat ditambah kentang rebus, tahu rebus, kol dan pare rebus/kukus
B.    Tatanan somay dalam piring disirami dengan kuah somay
C.    Untuk penyedap dapat ditambah bawang goreng.

MENGOLAH PETIS IKAN DAN UDANG

Pembuatan Petis Ikan dan Udang

Bahan Baku dan Bumbu
Petis udang /ikan adalah hasil pengolahan kaldu / sari udang atau ikan yang diberi bumbu-bumbu,sehingga berbentuk pasta yang berwarna cokelat kehitaman dan mempunyai aroma yang khas.
Petis dapat dibuat dari :
*      Udang / ikan
*      Sisa-sisa udang pemanfaatan limbah kepala dan kulit dan
*      Sari ikan dari pembuatan pindang
Pada pembuatan petis ikan dan udang, bumbu-bumbu yang ditambahkan adalah gula merah / putih dan garam. Untuk mempercepat proses pengentalan dan memperbaiki konsentrasi dapat ditambah bahan-bahan pengental, seperti tepung beras, tapioka atau air tajin.
Proses Pengolahan
Ada 2 cara pengolahan petis, yaitu yang berasal dari sari udang dan daging udang / ikan :


1.     Cara pengolahan petis dari sari udang
a.  Bersihkan dan cuci udang / sisa-sisa kepala dan kulit udang
b.  Rebus dengan air hingga mendidih ( untuk 0,5 kg udang direbus dalam 2 liter air selama 40 – 45% menit )
c.  Saring air rebusan tersebut dan beri bumbu-bumbu, seperti : gula dan garam
d.  Panaskan kembali hingga mengental dan berbentuk pasta
e. Dinginkan dan masukkan dalam wadah plastik atau botol
2.     Cara pengolahan dari daging udang / ikan
a.  Udang dicuci bersih dan ditumbuk halus kemudian diremas-remas
dengan tangan sambil diberi air dan disaring
b.  Lakukan pekerjaan ini sampai 3 kali
c.  Sebagai pedoman, untuk 0,5 gr udang diperlukan 3 liter air yang
pengunaannya bertahap sebanyak 3 kali yang diperlakukan sama sepertu di atas
d.  Hasil saringan dipanaskan sambil diberi bumbu garam dan dan gula
merah secukupnya sampai mengental
e.  Dinginkan dan tempatkan dalam wadah plastik / botol
Penyajian
Biasanya petis dikonsumsi sebagai bumbu sambal pada rujak buah / sayur, sebagai teman makan tahu atau juga untuk bumbu tambahan pada nasi goreng.

MENGOLAH KERUPUK IKAN DAN UDANG

Pembuatan Kerupuk Ikan dan Udang


Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah semua jenis ikan / udang. Jenis ikan yang umum digunakan adalah tenggiri, belida, kakap, gabus dan sebagainya.
Untuk mendapatkan hasil yang baik, pada  pembuatan kerupuk ikan dan udang dibutuhkan bahan baku daging ikan / udang yang masih segar. Bila bahan baku yang digunakan kurang baik kesegarannya akan mempengaruhi rasa, rupa dan bau yang dihasilkan.

Bahan yang diperlukan :
*      Daging ikan halus 500 gram
*      Tepung tapioca 1 kg
*      Telur bebek 6 butir
*      Garam 1,5 ons
*      Soda 0,25 ons
*      Gula 500 gram

Persiapan
*      Cuci ikan dan buatlah fillet
*      Ambil daging ikan dengan cara di kerupuk menggunakan sendok
*      Haluskan / giling daging ikan tersebut sampai halus
*      Timbang daging ikan halus 500 gram
*      Timbang bahan-bahan tambahan / bumbu yang diperlukan.
Membuat Adonan
Campurkan daging halus dengan garam, gula,soda dan telur sambil diremas-remas. Kemudiam masukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan rata dan tidak lengket di tangan (bila perlu dapat diberi air).
Pembungkusan
Adonan yang telah lumat dicetak atau dibentuk silinder yang besarnya menurut kebutuhan dan keinginan. Kemudian dibungkus dengan daun pisang atau plastik. Adonan dapat juga dapat dicetak menggunakan cetakan dari kaleng.
Pengukusan
Pengukusan dilakukan selama 1 – 2 jam sampai adonan matang. Untuk mengetahui adonan tersebut matang dapat dilakukan dengan memasukkan lidi pada adonan tersebut. Bila adonan tidak lengket pada lidi berarti adonan tersebut sudah matang
Pemotongan
Adonan yang sudah matang dibiarkan dingin (simpan selama 1-2 hari). Kemudian dipotong / diiris tipis-tipis ( ketebalan 1 – 2 mm)
Penjemuran
Irisan kerupuk diatur diatas rak / para-para penjemuran dan dijemur sampai kering.

MENGOLAH SOSIS IKAN TENGGIRI

Pengolahan Sosis Ikan Tenggiri
Salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk yaitu melalui pengolahan. Demikian juga di sektor perikanan,pengolahan hasil perikanan memegang peranan penting dalam menambah nilai jual produk-produk perikanan.
Sosis ikan merupakan salah satu pengolahan yang dapat meningkatkan nilai tambah ikan.  Adapun ikan yang baik dan dapat dibuat sosis adalah ikan Tenggiri (Scomberomus guttatus) atau ikan alu-alu (Sphyraena genie).
Usaha sosis ini mudah dilaksanakan dan skala usahanya dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan modal bahan baku, tenaga kerja dan pemasarannya.
Bahan Baku
*      Ikan Tenggiri, sudah lumat 1.000 gram
*      Tepung terigu 100 gram
*      Gula halus 20 gram
*      Telur 1 butir ambil putihnya saja
*      Bumbu-bumbu : bawang merah, bawang putih, garam, penyedap rasa, minyak goreng, merica.
Peralatan
      Panci / dandang, Baskom plastic, Lesung batu, Timbangan, Keranjang plastic, Pisau, Loyang, Ember, Sendok, Kompor, Kuali, Kantong glasur / plastic.


Cara Pengolahan
1.  Siapkan semua bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan.
2.   Ikan Tenggiri dikerok dagingnya, kemudian ditumbuk, diberi garam secukupnya lalu diuleni sampai lengket.
3.   Bumbu-bumbu ditumbuk dan dihaluskan, kemudian dicampur dengan daging ikan Tenggiri yang sudah ditumbuk.
4.   Daging ikan Tenggiri yang sudah ditumbuk diberi bumbu, dicampur dengan tepung terigu menggunakan air es, kemudian diuleni sampai menjadi adonan yang kompak.
5.   Adonan yang telah jadi dimasukkan dalam selubung sosis (casing) atau kantong plastik es. Kemudian dikukus atau direbus pada air suam (40°C) selama 20 menit.
6.   Angkat, kemudian direbus lagi pada air mendidih  (90°C s/d 100°C) selama 20 menit atau sampai masak.
7.   Pengolahan selanjutnya dapat dimasak, seperti digoreng, disayur sop, cap chai, dan bahkan dapat dikonsumsi langsung.
8.   Sosis ikan Tenggiri telah siap untuk dipacking sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar.

MENGOLAH GURAME GORENG ASAM MANIS

Resep Gurame Goreng Asam Manis

Ikan gurame selalu disuka karena rasanya yang digurih. Tetapi Anda juga bisa menyiramnya dengan saus asam manis agar rasanya makin rame.
Bahan:
*      2 ekor ikan gurame, bersihkan
*      2 sdt air jeruk nipis
*      1 sdt garam
*      1 sdt lada
*      100 gr tepung maizena
*      minyak untuk menggoreng
*      Saus asam manis:
*      2 sdm minyak goreng
*      1 bh bawang bombai, iris kasar
*      3 siung bawang putih, cincang
*      100 gr wortel, iris bentuk korek api
*      100 gr saus tomat
*      50 gr saus cabai
*      ½ sdt garam
*      ½ sdt lada
*      1 sdt gula pasir
*      50 ml air
*      1 sdt tepung maizena, larutkan dengan sedikit air
Cara membuat:
1.     Lumuri ikan dengan air jeruk nipis, garam, dan lada, aduk rata. Lumuri ikan dengan tepung maizena hingga rata.
2.    Panaskan minyak, goreng ikan hingga berwarna kuning kecoklatan. Angkat, tiriskan.
3.    Saus asam manis: panaskan minyak, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum. Masukkan saus tomat, saus cabai, garam, lada, dan gula pasir, aduk rata.
4.    Tambahkan wortel dan air. Masak sampai wortel layu, dan kentalkan dengan larutan tepung maizena. Angkat, sajikan ikan dengan sausnya.

MEMBUAT OLAHAN BAKSO IKAN

Resep Membuat Bakso Ikan
Buat anda yang hobi makan bakso kali ini kami akan memberikan resep bakso untuk anda mungkin anda bisa mempelajarinya di rumah.Bakso merupakan makanan khas indonesia dan banyak yang doyan memakannya. Resep bakso ayam atau bakso ikan ini sengaja kami bagikan untuk anda yang belum bisa memasak bakso. Nah lansung saja anda simak dan membaca artikel cara membuat bakso yang telah kami sediakan di bawah ini.
Bahan Baku
Persyaratan bahan baku (ikan) yang terpenting adalah kesegarannya. Semakin segar ikan yang digunakan, semakin baik pula mutu bakso yang dihasilkan. Berbagai jenis ikan yang digunakan untuk membuat bakso, terutama ikan yang berdaging tebal dan mempunyai daya elastisitas seperti tenggiri, kakap, cucut, bloso, ekor kuning dan lain-lain. Selain bahan baku dari ikan segar, bakso juga dapat dibuat dari produk yang sudah setengah jadi yang dikenal dengan nama Suzimi (daging ikan lumat).
Bahan Tambahan
Bahan tambahan pembuatan bakso adalah tepung tapioca dan bumbu-bumbu dengan komposisi sebagai berikut :
*      Tapioka 10 – 15 %
*      Garam 2 – 3 %
*      Merica 0,5 %
*      Bawang putih 2 %
*      Bumbu masak 0,75 % (bila disukai)


Cara Pembuatan
1.     Jika digunakan bahan baku dari ikan segar, perlu dilakukan pemisahan daging dari tulang- tulang dan durinya dengan cara menyayat memanjang pada bagian punggung hingga terbelah.
2.    Ambillah bagian dagingnya cara dikerok menggunakan sendok
3.    Bersihkan hancuran daging tersebut dari komponen-komponen yang tidak di kehendaki (kulit, duri dan tulang)
4.    Siapakan larutan garam (brine) dingin dengan perbandingan antara air, es dan ikan adalah 4 : 1 : 1 dan konsentrasi garam 0,2 – 0,3 %
5.    Rendam hancuran daging ikan dalam larutan tersebut selama 15 menit sambil diaduk-aduk
6.    Buanglah jika timbul lemak yang mengapung di permukaan
7.    Lakukan pengepresan / pemerasaan dengan menggunakan kain kasa
8.    Lakukan proses perendaman tersebut sebanyak 2 – 3 kali
9.    Lumatkan daging ikan tersebut dengan cara ditumbuk dalam lumping atau menggunakan alat penggiling daging sambil diberi garam ( 2 – 3 %)
10. Haluskan bumbu-bumbu tersebut ke dalam daging lumat sambil diuleni dan masukkan tapioca sedikit demi sedikit
11.  Aduk adonan sampai homogeny dan tidak lengket di tangan
12. Aduk adonan sampai homogeny dan tidak lengket di tangan
13. Untuk memperbaiki elastisitas dapat diberi putih telur satu butir untuk setiap 1 kg adonan
14. Lakukan pencetakan yaitu dengan membuat bola-bola kecil dengan cara adonan diletakkan pada telapak tangan, dikepal-kepal, kemudian ditekan sehingga akan keluar bola-bola bakso dari sela-sela jari dan telunjuk
15. Bola-bola bakso yang keluar dari kepalan itu diangkat dengan sendok dan sedikit diratakan
16. Masukkan ke dalam air hangat ( suhu + 40 C)biarkan selama 20 menit
17. Rebus dalam air mendidih sampai bakso mengapung sebagai tanda telah matang
18. Angkat bakso ynag telah matang dan masukkan ke dalam air dingin (air es ) + 15 menit
19. Angkat dan tiriskan
Penyajian
Bakso ikan data disajikan dalam bentuk rebusan dengan kuah atau digoreng sebagai makanan ringan. Jika disajikan dalam bentuk kuah perlu dipersiapkan kuahnya yaitu dengan merebus sisa-sisa penyiangan seperti kepala, tulang, kemudian diberikan bumbu yang telah dihaluskan (merica, bawang putih dan garam)
Sedangkan bumbu-bumbu penyedap kuah anatara lain, bawang goreng, tongcai, saos tomat, cabe/sambal, kecap, cuka, sayur caisim.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

PENGOLAHAN IKAN

Pengolahan ikan, dilakukan dengan tujuan untuk menghambat atau menghentikan zat-zat (reaksi enzim) dan pertumbuhan mikroorganisme (mahluk hidup ) yang dapat menimbulkan proses pembusukan pada ikan.
Dasar pengawetan secara umum adalah :
1. Untuk menghambat perkembangan organism pembusuk
2. Menghancurkan organism pembusuk

Pengolahan ikan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Pengolahan tradisional (penggaraman, pengeringan, fermentasi, pengasapan, perebusan, pemindangan dll.)
2. Pengolahan modern (chilling, freezing, bottling, canning, smok )

I. MELAKUKAN BERBAGAI MACAM PENGOLAHAN IKAN SECARA TRADISIONAL
Pengolahan tradisional memanfaatkan hasil tangkapan nelayan + 50 % , tetapi jarang menghasilkan produk dengan kualitas baik. Oleh sebab itu peningkatan pengetahuan tentang praktek pengolahan yang baik melalui program pendidikan, penyuluhan dan pembinaan kelompok yang sering dilakukan dewasa ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan para nelayan dan para pengolah perikanan untuk menghasilkan produk yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (added value) pada produk tersebut.

Pengolahan hasil perikanan secara tradisionla mempunyai berbagai cirri antara lain :
a. Usahanya bersifat rumah tangga
b. Lokasi umumnya dekat dengan sumber bahan baku (daerah pesisir )
c. Skala usaha rata-rata kecil
d. Pengetahuan pengolahan rendah
e. Ketrampilan yang diperoleh secara turun temurun
f. Modal usaha kecil
g. Peralatan yang digunakan sederhana
h. Sanitasi dan higienis kurang diperhatikan.
Pengolahan secara tradisional dapat dilakukan dengan cara
• Penggaraman dan Pengeringan
• Penggaraman dan Perebusan
• Pemindangan
• Pengasapan
• fermentasi

II. PENGGARAMAN
Penggaraman merupakan metode pengawetan dengan menggunakan garam. Pengawetan dengan menggunakan garam bertujuan untuk menghambat pertumbuhan mikroba dan menurunkan nilai Aw (water Activity) yaitu kandungan air bebas yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba pada daging ikan.

Di Indonesia penggaraman masih banyak dilakukan oleh nelayan meskipun hasil produksinya dari tahun ke tahun semakin menurun.
Untuk meningkatkan kualitas hasil produksi dari penggaraman perlu memperhatikan hal-hal sebgai berikut :
• Bahan baku (ikan ) yang digunakan harus mempunyai kandungan lemak yang rendah dengan ukuran besar/kecil yang memenuhi kriteria yang sesuai dengan ciri-ciri ikan segar sebagai berikut :

NO BAGIAN IKAN CIRI IKAN SEGAR
1. Mata Cerah, bening, cembung, menonjol
2. Insang Merah, berbau segar, tertutup lender bening
3. Warna Terang , tertutup lender bening
4. Bau Segar, seperti bau laut (bau khas ikan)
5. Daging Putih, padat/kenyal, bila ditekan tidak meninggalkan bekas
6. Sisik Menempel kuat pada kulit
7. Dinding perut Utuh, elastic
8. Keadaan Tenggelam di air

• Garam yang digunakan harus garam murni (garam dengan kandungan NaCl sekitar 96 %)
• Kebersihan alat, ruang dan pekerja , selama proses dan sebelum proses harus betul-betul diperhatikan.
• Penanganan bahan sebelum dan sesudah proses harus dikakuka dengan baik, seperti :
- Perlakuan rantai dingin tidak boleh terputus , karena tubuh ikan sebagian besar terdiri dari air, sehingga termasuk produk yang cepat mengalami kemunduran mutu (fersihable food). Selain itu es juga berfungsi untuk menghambat proses pembuasukan ikan yang diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme dan reksi enzimatis.
- Dilakukan penyiangan atau dressing ( yaitu membuang bagian-bagian dari tubuh ikan yang tidak diperlukan, seperti sisik, insang dan isi perut sebagai sumber bakteri)
• Alat produksi yang digunakan harus terbuat dari bahan-bahan yang anti karat (plastik, stenles, fiber, atau bak semen ).
Dengan memperhatikan beberapa hal diatas, pada umumnya dengan pemberian konsentarsi garam (10 – 15) % , sudah cukup untuk membunuh sebagian besar mikroorganisme perusak, kecuali jenis bakteri “ halofilik” (bakteri yang tahan terhadap garam dalam konsentrasi yang tinggi hingga 26,6 % )yang menyebabkan daging menjadi ungu , atau genera micrococcus, halobacterium. Pseudomonas dll. ( jenis bakteri yang toleran/tahan pada konsentrasi garam yang rendah/tinggi), dan jamur jenis thermophilic yang menyebabkan daging menjadi sawo matang.
Dengan proses penggaraman pada umumnya mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan dapat dikontrol dengan baik. Karena sifat garam yang higroskopis (dapat menarik air) dan antiseptis (suci hama).
Pada prakteknya metoda penggaraman ikan dapat dilanjutkan dengan proses pengeringan yang akan menghasilkan produk ikan asin (dried salted fish).

Selasa, 27 Februari 2018

4 JENIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

4 JENIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN - Proses pembusukan pada ikan disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme, dan oksidasi dalam tubuh ikan itu sendiri dengan perubahan seperti bau busuk, daging menjadi kaku, mata pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh bagian luar.

Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap/didaratkan sudah akan timbul perubahan yang mengarah pada kerusakan.

Oleh karena itu, agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, maka perlu dijaga kondisinya. Proses pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahan ikan dari proses pembusukan,

sehingga mampu disimpan lama sampai tiba waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi.Tujuan utama pengolahan yang menggunakan bahan pengawet juga yakni menghambat aktivitas atau pertumbuhan mikroba, menghambat proses enzimatik, serta memberikan sifat fisikawi yang khas dan memberikan nilai estetika yang tinggi.



4 JENIS PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


Pada dasarnya cara pengolahan yang umum dilakukan dibagi menjadi empat golongan yakni

1) pengolahan dengan memanfaatkan faktor fisikawi,

2) pengolahan dengan bahan pengawet,

3) pengolahan yang memanfaatkan factor fisikawi dan bahan pengawet

4) pengolahan dengan cara fermentasi.


- Pengolahan dengan faktor fisikawi

merupakan pengolahan yang memanfaatkan suhu tinggi atau suhu rendah. Suhu tinggi dalam hal ini digunakan untuk membunuh mikroba kontaminasi yang terdapat pada ikan sekaligus menghentikan aktivitas enzim dalam daging ikan. Misalnya saja dalam proses pengeringan, pengasapan, dan proses sterilisasi yang biasa dilakukan dalam pengalengan ikan.

Sedangkan pengolahan dengan suhu rendah lebih ditekankan pada tujuan untuk menjaga sifat kesegaran pada ikan. Jadi ikan tersebut dibuat sedemikian rupa agar kondisi kesegarannya dapat dipertahankan selama mungkin.

Proses tersebut tidak akan menyebabkan matinya mikroorganisme yang ada dalam ikan, tetapi hanya bersifat menghambat aktivitasnya saja. Yang dapat digolongkan dalam metode ini antara lain pendinginan dan pembekuan ikan.


- Pengolahan dengan menggunakan bahan pengawet seperti yang dilakukan dalam proses penggaraman, perendaman dalam larutan asam, dan lain-lain.

- Pengolahan yang memanfaatkan kedua metode diatas atau kombinasi antara pengolahan secara fisikawi dengan pengolahan yang menggunakan bahan pengawet ditujukan untuk lebih meningkatkan mutu dari pengolahan yang dilakukan.

Selain itu, pengolahan dengan menggunakan kombinasi kedua metode tersebut juga dimaksudkan untuk mencegah resiko kerusakan yang lebih besar pada bahan, lebih meningkatkan faktor keamanan terutama terakit dengan masalah kesehatan, serta dapat meningkatkan rasa yang lebih baik atau khas terhadap bahan yang diolah.

Misalnya saja sebelum ikan dipanaskan (umpamanya dijemur) terlebih dahulu diberi pengawet. Bahan pengawet bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. Setelah itu ikan dipanaskan, maka prosesnya akan menjadi lebih baik bila dibandingkan hanya dengan dipanaskan atau diberi pengawet saja.

- Pengolahan dengan cara fermentasi adalah pengolahan yang bersifat mengubah bahan mentah menjadi produk setengah jadi dan memiliki sifat-sifat berbeda dari keadaan semula. Contoh pengolahan dengan cara fermentasi adalah pembuatan terasi, tepung ikan, kecap ikan, dan lain-lain

SUMBER :
http://penyuluhpi.blogspot.co.id/2017/07/4-jenis-pengolahan-hasil-perikanan.html

CIRI-CIRI IKAN SEGAR DAN IKAN BUSUK

Ikan merupakan salah satu makanan yang cepat rusak, karena kandungan protein yang sangat tinggi menyebabkan bau busuk yang menyengat. Untuk keperluan konsumsi disarankan untuk memilih ikan benar-benar segar, di samping rasanya akan lebih baik, kandungan proteinnya pun lebih bagus. Banyak orang yang belum bisa membeakan antara ikan yang segar dan ikan busuk.

Berikut perbedaan antara ikan segar dan ikan busuk:
1. Mata


2. Insang


3. Warna


4. Bau



5. Daging



6. Sisik


7. Dinding Perut



8. Keadaan Tubuh

Sumber : http://lalaukan.blogspot.co.id/2016/02/ciri-ciri-ikan-segar-dan-ikan-busuk.html

PENYULUHAN PERIKANAN


Dalam Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Khususnya Penyuluhan Perikanan banyak sekali kita temui beberapa istilah yang sering kita gunakan. Dalam postingan ini sengaja dibuat sedemikian rupa untuk menjadi bahan Pengetahuan bagi kita semua dan semoga bermanfaat.

Kelembagaan pelaku utama perikanan adalah kumpulan para pelaku utama yang terdiri dari nelayan, pembudi daya ikan, dan pengolah ikan yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan.

Penumbuhan kelembagaan pelaku utama adalah proses inisiasi dan fasilitasi tumbuhnya suatu kerjasama yang bersumber dari kesadaran pelaku utama dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan prinsif kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antara pelaku utama, sehingga dapat merupakan faktor pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok, dimana setiap anggota kelompok dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari apa yang ada dalam kelompok.

Pengembangan kelembagaan Pelaku utama adalah adalah upaya mewujudkan kelembagaan pelaku utama yang dinamis, dimana para pelaku utama mempunyai disiplin, tanggungjawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan usahanya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat komersial, kelompok pelaku utama dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok perikanan (Gapokkan), Asosiasi dan Korporasi.


1. Pelaku utama kegiatan perikanan adalah nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, pemasar hasil perikanan, dan masyarakat yang melakukan usaha dibidang kelautan dan perikanan beserta keluarga intinya.

2. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

3. Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.

4. Pengolah ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan usaha pengolahan ikan.

5. Pemasar hasil perikanan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan kegiatan pemasaran ikan dan produk ikan.

6. Penyuluh Perikanan adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan perikanan baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya.

7. Fasilitasi adalah upaya memberikan kemudahan dalam bentuk intervensi atau dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas individu, kelompok atau kelembagaan dalam masyarakat, agar mereka mampu mengerahkan potensi dan sumber daya untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

8. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap sektor kelautan dan perikanan sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri bagi kesejahteraannya sendiri, serta dapat berpartisipasi secara aktif dalam keseluruhan proses pembangunan.

9. Kelompok Usaha Bersama (KUB), yang selanjutnya disebut KUB adalah badan usaha non badan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota.

10. Kelompok Pembudidaya Ikan, yang selanjutnya disebut POKDAKAN adalah kumpulan pembudidayaan ikan yang terorganisir.

11. Kelompok Pengolah Pemasar, yang selanjutnya disebut POKLAHSAR adalah kelompok pengolah dan/atau pemasaran hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok.

12. Kelompok Usaha Garam Rakyat, yang selanjutnya disebut KUGAR adalah kumpulan Pelaku Usaha produksi garam rakyat yang terorganisir yang dilakukan di lahan tambak (petambak garam rakyat), dengan cara perebusan (pelaku usaha produksi garam dengan cara perebusan) atau dengan cara mengolah air laut menjadi garam (pelaku usaha produksi garam skala rumah tangga).

13. Kelompok masyarakat pengawas, yang selanjutnya disebut POKMASWAS adalah kelompok masyarakat yang ikut membantu dalam hal pengawasan dan pembinaan terhadap keamanan, pengelolaan dan pemanfaatan potensi alam yang ada di kawasan pesisir dan laut.

14. Gabungan Kelompok Perikanan, yang selanjutnya disebut GAPOKKAN adalah kumpulan atau gabungan dari kelompok-kelompok perikanan dari beberapa bidang yang mempunyai tujuan bersama.


15. Asosiasi Perikanan adalah kumpulan dari gabungan kelompok perikanan yang mempunyai tujuan bersama dengan jenis usaha yang sama.

16. Kelas Pemula adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan nilai terbawah dan terendah pada batas skoring penilaian dari 0 sampai dengan 350 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerja sama, dan akses informasi pasar, serta diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Kepala Desa/Lurah.

17. Kelas Madya adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan nilai menengah pada batas skoring penilaian dari 351 sampai dengan 650 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan perencanaan meskipun masih terbatas, dan diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Camat.

18. Kelas Utama adalah kelas kelompok pelaku utama perikanan dengan nilai tertinggi pada batas skoring penilaian dari 651 sampai dengan 1.000 dari segi kemampuannya dalam penguasaan teknologi, pengorganisasian, skala usaha, kemampuan permodalan, kemitraan/kerjasama, dan akses informasi pasar, serta sudah melakukan kegiatan dalam perencanaan sampai pelaksanaan meskipun masih terbatas, dan diberikan piagam pengukuhan yang ditandatangani oleh Bupati.


Demikian dan masih banyak lagi yg belum sempat dituangkan dalam postingan ini, ...
Semoga Bermanfaat

Sumber referensi:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan SDMKP
Pusat Pengembangan Penyuluhan Perikanan
Posted by Aris Setiawan at 1:52 AM
http://carabudidayadanpembudidayaan.blogspot.co.id/2012/11/penyuluh-perikanan.html

Labels: DEFINISI, KELEMBAGAAN, PEDOMAN, PELAKU UTAMA, PENYULUHAN, WAWASAN

MATERI DAN METODE PENYULUHAN


1.     Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan.
Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha  dikawasan Minapolitan dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya perikanan dan disesuikan dengan basis minapolitan yang dikembangkan oleh daerah serta disesuikan dengan master plan Minapolitan setempat. Materi penyuluhan yang dimaksud berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.


2.     Metode Penyuluhan
Dalam pelaksanaan penyuluhan di kawasan minapolitan dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain:

a.               Kunjungan Pembinaan Perorangan/Anjangsana dan Kelompok
Kunjungan pembinaan kepada sasaran perorangan/anjangsana adalah metode penyuluhan perikanan langsung kepada pelaku utama/pelaku usaha perikanan secara perorangan dengan mendatangi rumah atau tempat usaha pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan.
Kunjungan pembinaan kepada sasaran kelompok adalah metode penyuluhan perikanan langsung dengan mendatangani pertemuan kelompok baik yang rutin maupun yang insidentil dalam rangka memberdayakan kelompok pelaku utama/pelaku usaha perikanan.

b.       Demonstrasi Cara/Hasil
Demonstrasi cara adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan.
Demonstrasi hasil adalah teknik penyuluhan perikanan berupa kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang hasil penerapan teknologi perikanan yang telah terbukti menguntungkan bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha perikanan atau teknologi lainnya yang sudah spesifik lokasi.


c.      Temu Wicara
Temu wicara adalah metode penyuluhan perikanan berupa kegiatan pertemuan antara pelaku utama dan/atau pelaku usaha dengan pemerintah untuk bertukar informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan perikanan, serta antisipasi dan peran serta pelaku utama dan/atau pelaku usaha dalam pembangunan perikanan.

d.      Temu Teknis
Temu teknis adalah kegiatan pertemuan berkala antara penyuluh perikanan dengan tim penyuluh dan/atau antara penyuluh perikanan dengan peneliti/perekayasa/professional/aparat pemerintah untuk meningkatkan kompetensi penyuluh perikanan dalam pelayanan kepada pelaku utama dan/atau pelaku usaha.

e.      Temu Karya
Temu karya adalah kegiatan pertemuan antara penyuluh perikanan dengan pelaku utama dan/atau pelaku usaha serta masyarakat untuk menyampaikan hasil karya inovasi penyuluh perikanan di bidang perikanan yang sudah di ujicobakan oleh kelompok dan di presentasikan di depan penyuluh perikanan lainnya.

f.      Temu Usaha
Temu usaha merupakan kegiatan pertemuan antara pelaku utama, pelaku usaha, pengusaha perikanan dan lembaga keuangan untuk melakukan kerja sama dalam pengembangan usaha perikanan, sehingga masing-masing pemangku kepentingan  dapat mengambil manfaat secara optimal, yang tertuang dalam surat kesepakatan bersama.
Temu usaha akan terselenggara sesuai dengan luaran yang diharapkan bila prinsip-prinsip penyelenggaraanya terpenuhi, berupa: 1) adanya produk perikanan yang siap dipasarkan; 2) adanya pengusaha yang berminat; 3) adanya fasilitator; dan 4) terjadinya transaksi yang saling menguntungkan.

g.   Temu Lapang
Temu lapang adalah pertemuan di lapangan sebagai tindak lanjut demonstrasi cara/demonstrasi hasil/uji coba lapang. Agar penyelenggaraan temu lapang dapat berjalan dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip penyelenggaraannya adalah: 1) adanya kesenjangan teknologi; dan 2) teknologi yang di temu lapang kan harus mempunyai kinerja yang lebih baik dari sebelumnya, dapat memecahkan masalah dan sesuai dengan kebutuhan pelaku utama.

h.   Temu KIPRAH (Temu Komunikasi, Informasi dan Praktek Pemecahan Masalah)
Temu KIPRAH merupakan kegiatan gabungan dari temu teknis, temu wicara, praktek pemecahan masalah. Temu KIPRAH adalah suatu pertemuan pejabat fungsional KKP (peneliti/litkayasa, perekayasa, widiyaswara, instruktur, guru dan dosen), pemangku kepentingan dengan kelompok pelaku utama dan pelaku usaha yang didampingi oleh penyuluh perikanan untuk mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah penerapan teknologi perikanan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha untuk meningkatkan produksi yang dilakukan secara partisipasif melalui praktek langsung di lahan usaha.

Temu KIPRAH ini fasilitasi oleh pemerintah di wilayah pelaksanaan tersebut yang diprakarsai oleh pemangku kepentingan baik tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Penyuluh perikanan dalam kegiatan ini berperan sebagai fasilitator, mediator dan penyelenggara pertemuan.
Temu KIPRAH akan terselenggara sesuai dengan luaran yang diharapkan bila terpenuhinya prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) adanya prioritas akar masalah yang akan dipecahkan; 2) pemecahan akar masalah; 3) pelaksanaan secara partisipatif; 4) adanya koordinasi pemangku kepentingan; dan 5) adanya inovasi teknologi,

i.   Gelar Teknologi Perikanan
Gelar teknologi perikanan merupakan suatu kegiatan untuk memperagakan teknologi perikanan unggul hasil penelitian dan pengkajian yang sudah matang (good will inovasi) di lahan usaha pelaku utama dan/atau pelaku usaha dan dilaksanakan oleh kelompok perikanan atau anggotanya, dengan bimbingan teknis oleh Penyuluh Perikanan.


Gelar teknologi perikanan dapat pula diartikan sebagai kegiatan mengaplikasikan teknologi informasi di bidang perikanan yang berguna bagi pelaku utama dan/atau pelaku usaha dan/atau masyarakat perikanan.

j.   Mimbar Saresehan
           Mimbar sarasehan merupakan kegiatan pertemuan sebagai forum konsultasi antara gabungan kelompok pelaku utama dan usaha perikanan atau asosiasi kelompok perikanan dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara priodik dan berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawarahkan dan menyepakati pemecahan berbagai permasalahan pembangunan perikanan.

Sumber :

http://rialedilamala.blogspot.co.id/2012/07/materi-dan-metode-penyuluhan.html
Dipublikasikan oleh Rialedilamala, Selasa, Juli 31, 2012



Rabu, 14 Februari 2018

ALAT TANGKAP GILL NET (JARING INSANG)


1. A. PENDAHULUAN
Gillnet disebut juga jaring insang karena alat tangkap ini dibuat dan dirancang secara khusus agar Ikan yang kita tangkap terkena melalui insang ikan makanya alat tangkap gilnet ini sama dengan alat tangkap yang sifatnya menjerat ikan melalui insang.

Alat tangkap Gillnet atau jaring insang ini banyak digunakan oleh para nelayan Tradisional maupun nelayan modern dikarenakan alat ini sangat praktis untuk menangkap ikan juga ramah terhadap lingkungan.



Alat tangkap Gillnet atau jaring insang ini tersebar di seluruh indonesia bahkan diseluruh dunia menggunakannya. Yang membedakan dalam operasi alat tangkap ini hanyalah besarnya mata jaring yang dapat disesuaikan dengan jenis ikan yang akan kita tangkap.

Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut,

yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.

ALAT TANGKAP GILL NET (Jaring Insang)
1. Sejarah Alat Tangkap Jaring Insang

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”.

Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya.

Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.

2. Prospektif Alat Tangkap


Prospektif gill net dasar atau bottom gill net di Indonesia sangat baik, hal ini dikarenakan secara kuantitatif, jumlahnya cukup besar di Indonesia. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya bottom gill net secara kuantitatif di Indonesia :

1.      Bahan dasar (material) pembuatan bottom gill net mudah diperoleh
2.      Proses pembuatan bottom gill net mudah
3.      Harganya relatif murah
4.      Fishing method dari bottom gill net mudah
5.      Biaya relatif murah sehingga dapat dimilliki oleh siapa saja

A. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP ( BOTTOM GILL NET ) Jaring Insang Dasar

1. KONSTRUKSI UMUM

Pada umumnya yang disebutkan dengan gill net dasar ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring.


Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker).

Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.


Pelabuhan Kapal Gillnet

2. DETAIL KONSTRUKSI JARING INSANG

Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu. Karena jaring ini direntang pada dasar laut, maka dinamakan bottom gill net, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal.

Posisi jaring dapat diperkirakan pada float berbendera atau bertanda yang dilekatkan pada kedua belah pihak ujung jaring, tetapi tidaklah dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan jaring itu sendiri.

3. KARAKTERISTIK JARING INSANG

Set bottom gill net direntang pada dasar laut, sehingga yang menjadi tujuan penangkapan adalah ikan-ikan damersal. Bottom gill net berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, ris atas dan ris bawah serta dilengkapi dengan jangkar.

Besarnya mata jaring bervariasi tergantung sasaran yang akan ditangkap baik udang maupun ikan.

Jaring gill net direntangkan pada float berbendera yang diletakkan pada kedua belah pihak

ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri.
4. BAHAN DAN SPESIFIKASINYA

Pengenalan bahan jaring sintetis dengan mutu yang tinggi telah merangsang perkembangan pemakaian alat ini. Hal ini disebabkan efisiensi penangkapan yang jauh lebih baik yakni 2-13 kali lebih tinggi pada PA monofillament yang transparant (jernih) dibanding dengan bahan serat alami (kapas, rami, rami halus).

1. Persyaratan

Persyaratan efisiensi penangkapan yang baik memerlukan rendahnya daya rangsang alat untuk organ penglihatan atau organ lateral line sebelum ikan terkait atau terjerat dalam jaring gill net harus disesuaikan dengan kebiasaan hidup ikan melebihi trawl dan purse seine.

Bahan dari gill net harus mempunyai daya tampak sekecil mungkin dalam air, terutama sekali untuk penangkapan di siang hari pada air jernih. Serat jaring juga harus sehalus dan selunak mungkin untuk mengurangi daya penginderaan dengan organ side line. Serat jaring yang lebih tipis juga kurang terlihat.

Sebaliknya bahan harus cukup kuat untuk menahan rontaan ikan yaang tertangkap dan dalam upayanya untuk membebaskan diri.

Lebih lanjut diperlukan kemuluran dan elastisitas yang tepat untuk menahan ikan yang terjerat atau terpuntal sewaktu alat dalam air atau sewaktu penarikan keatas kapal tetapi tidak menyulitkan sewaktu ikan itu diambil dari jaring.

Bahan yang daya mulurnya tinggi untuk beban kecil tidak sesuai untuk gull net karena ukuran ikan yang terjerat pada insang tergantung pada ukuran mata jaring. Jaring perlu memiliki kekuatan simpul yang stabil dan ukuran mata jaring tidak boleh dipengaruhi air.

2. Macam dan Ukuran benang.

PA continous filament adalah bahan yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna putih mengkilat yang alami adalah jauh lebih terlihat dalam air jernih. Warna hijau, biru, abu-abu dan kecoklatan merupakan warna-warna yang nampak digunakan paling umum pada perikanan komersial.

Sebab banyaknya macam dari gill net sesuai dengan ukuran, ukuran mata jaring, jenis ikan, pola operasi, kondisi penangkapan, dll tidak mungkin memberi rekomendasi yang menyeluruh untuk seleksi bahan jaring. Semua nilai R tex adalah nominal dan berkenaan dengan netting yarn yang belum diselup dan belum diolah.

3. Warna Jaring

Warna jaring yang dimaksudkan disini adalah terutama dari webbing. Warna float, ropes, sinkers dan lain-lain diabaikan, mengingat bahwa bagian terbesar dari gill net adalah webbing.

Pada synthetic fibres, net preservation dalam bentuk pencelupan telah tidak diperlukan, kemudian pula warna dari twine dapat dibuat sekehendak hati, yang dengan demikian kemungkinan mengusahakan warna jaring untuk memperbesar fishing ability ataupun catch akan dapat lebih diusahakan.

Dengan perkataan lain, warna jaring yang sesuai untuk tujuan menangkap jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan dapat diusahakan.

Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor depth dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan dan lain-lain faktor, dan pula sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat “terlihat” oleh ikan –ikan yang berbeda-beda.

Karena tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ini ialah dengan cara gilled dan entangled, yang kedua-duanya ini barulah akan terjadi jika ikan tersebut menubruk atau menerobos jaring, maka hendaklah diusahakan bahwa efek jaring sebagai penghadang, sekecil mungkin.

A. HASIL TANGKAPAN

Karena jaring ini direntang pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal.

Jenis-jenis ikan seperti cucut, tuna, yang mempunyai tubuh sangat besar sehingga tak mungkin terjerat pada mata jaring ataupun ikan-ikan seperti flat fish yang mempunyai tubuh gepeng lebar, yang bentuk tubuhnya sukar terjerat pada mata jaring, ikan-ikan seperti ini akan tertangkap dengan cara terbelit-belit (entangled).

Jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis, misalnya herring, cod, halibut, mackerel, yellow tail, sea bream, tongkol, cakalang, kwe, layar, selar, dan lain sebagainya. Jenis-jenis udang, lobster juga menjadi tujuan penangkapan jaring ini.


B. DAERAH PENANGKAPAN.

Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis.

C. ALAT BANTU PENANGKAPAN.

Alat bantu penangkapan merupakan faktor penting untuk mengumpulkan ikan pada suatu tempat yang kemudian dilakukan operasi penangkapan. Alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan dengan menggunakan bottom gill net adalah :

* LAMPU / LIGHT FISHING

Light Fishing




L ight Fishing

Kegunaan lampu untuk alat penangkapan аdаlаh untuk mengumpulkan kawanan ikan kеmudіаn melakukan operasi penangkapan dеngаn menggunakan gill net. Jenis-jenis lampu уаng digunakan bermacam-macam аntаrа lаіn :

Ancor / obor

Lampu petromak / starmking

Lampu listrk ( penggunaannya mаѕіh terbetas )
Faktor уаng paling berpengaruh dalam penggunaan lampu аdаlаh kekuatan cahaya lampu уаng digunakan, ѕеlаіn іtu јugа ada bеbеrара faktor lаіn :

Kecerahan : Jіkа kecerahan kecil, bеrаrtі banyak partikel-partikel dalam air maka pembiasan cahaya terserap dan akhirnya tіdаk menarik perhatian dаrі ikan уаng ada disekitarnya. Jadi kecerahan menentukan kekuatan lam

Gelombang, angin, arus : Akаn mempengaruhi kedudukan lampu. Adanya faktorfakttor іtu menyebabkan kondisi sinar уаng semula lurus menjadi bengkok.

Sinar bulan : Pada waktu bulan purnama sukar sekali mengadakan penangkapan menggunakan lampu karena cahaya terbagi rata, sadangkan penangkapan menggunakan lampu diperlukan keadaan gelap agar cahaya lampu terbias sempurna dalam air.

* PAYAOS

Payaos merupakan rumpon laut dalam yang berperan dalam pengumpulan ikan pada tempat tertentu dan dilakukan operasi penangkapan.

Payaos pelampungnya terdiri dari 60-100 batang bambu yang disusun dan diikat menjadi satu sehingga membentuk rakit (raft), selain dari bambu pelampung juga terbuat dari alumunium.

Tali pemberat (tali yang menghubungkan antara pelampung dan pemberat) mencapai 1000-1500 m, terbuat dari puntalan rotan, bahan syntetik seperti polyethylene, nylon, polyester, polypropylene. Sedangkan pemberat berkisar 1000-3500 kg yang terbuat dari batu dimasukkan dalam keranjang rotan dan cor-coran semen. Dan untuk rumbai-rumbainya digunakan daun nyiur dan bekas tali polyethylene dan ban bekas.

D. TEKNIK OPERASI

Pengoperasian Gill Net

Setting

Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Jaring bottom gill net dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya akan dapat menghadang gerombolan ikan yang sebelumnya telah dipasangi rumpon, dan gerombolan ikan tertarik lalu mengumpul di sekitar rumpon maupun light fishing dan akhirnya tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.

Holling

Setelah dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul dirasa sudah cukup banyak, maka dilakukan holling dengan menarik jaring bottom gill net dari dasar perairan ke permukaan ( jaring ditarik keatas kapal ). Setelah semua hasil tangkap dan jaring ditarik ke atas kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran.

E. HAL – YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN

 FAKTOR LUAR :~

1. Keadaan Musim ( cuaca )

Karena fishing ground atau daerah penangkapan merupakan daerah teluk, sehingga baik buruknya musim atau cuaca akan mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.

2. Keberadaan Resources (sumberdaya ikan)

Makin banyak jumlah unit dari suatu alat tangkap, maka akan tejadi over fishing sehingga keberadaan resources akan terancam. Hal ini akan mengurangi jumlah penagkapan di suatu daerah penangkapan. Untuk mengatasinya maka dilakukan pembatasan ukuran mesh size gill net itu sendiri.

3. Teknik Penangkapan

Apabila salah dalam pengoperasian alat tangkap maka akan didapatkan hasil tangkapan (catch) yang minimum.

4. Market (Pemasaran)

Pemasaran atau market ke daerah konsumsi atau tujuan juga mempengaruhi keberhasilan suatu penangkapan.

 FAKTOR DALAM :
1. Bahan Jaring

Operasi Gill Net
Supaya ikan mudah dapat terjerat pada mata jaring, maka bahan jaring harus dibuat sebaik mungkin. Bahan atau twine yang paling banyak digunakan adalah yang terbuat dari syntetis. Twine yang dipergunakan hendaklah “lembut tidak kaku, pliancy, suppleness”.

Dengan demikian maka twine yang digunakan adalah cotton, hennep, linen, amylan, nylon, kremona, dan lain-lain sebagainya, dimana twine ini mempunyai fibres yang lembut.

Bahan-bahan dari manila hennep, sisal, jerami dan lain-lain yang fibres-nya keras tidak digunakan. Untuk mendapatkan twine yang lembut, ditempuh cara yang antara lain dengan memperkecil diameter twine ataupun jumlah pilin per-satuan panjang dikurangi, ataupun bahan-bahan celup pemberi warna ditiadakan.

2. Ketegangan rentangan tubuh jaring

Yang dimaksud rentangan disini ialah baik rentangan ke arah lebar demikian pula rentangan ke arah panjang. Ketegangan rentangan ini, akan mengakibatkan terjadinya tension baik pada float line ataupun pada tubuh jaring.

Dengan perkataan lain, jika jaring direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terjerat, dan ikan yang telah terjeratpun akan mudah lepas. Ketegangan rentangan tubuh jaring akan ditentukan terutama oleh bouyancy dari float, berat tubuh jaring, tali temali, sinking force dari sinker dan juga shortening yang digunakan.

3. Shortening atau shrinkage

Supaya ikan-ikan mudah terjerat (gilled) pada mata jaring dan juga supaya ikan-ikan tersebut setelah sekali terjerat pada jaring tidak akan mudah terlepas, maka pada jaring perlulah diberikan shortening yang cukup.

4. Tinggi Jaring

Yang dimaksud dengan istilah tinggi jaring disini ialah jarak antara float line ke sinker line pada saat jaring tersebut terpasang di perairan. Jenis jaring yang tertangkapnya ikan secara gilled, lebih lebar jika dibandingkan dengan jaring yang tertangkapnya ikan secara entangled. Hal ini tergantung pada swimming layer dari pada jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan.

5. Mesh size

Dari percobaan-percobaan terdapat kecenderungan bahwa sesuatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat ikan hanya pada ikan-ikan yang besarnya tertentu batas-batasnya. Dengan perkataan lain, gill net akan bersikap selektif terhadap besar ukuran dari catch yang diperoleh.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan catch yang besar jumlahnya pada pada suatu fishing ground, hendaklah mesh size disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang jumlahnya terbanyak pada fishing ground tersebut.

SUMBER BACAAN / DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa,A.U. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan , Fakultas Perikanan IPB. Bogor. 1975.

Ayodhyoa,A.U. Metode Penangkapan Ikan. Fakiltas Perikanan IPB. Bogor. 1974.

FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Published by arrangement with the Food and Agriculture Organization of the United Nations by Fishing New .

Fisherman’s Manual. Published by World Fishing. London. 1976.

Klust,Gerhard. Bahan Jaring Untuk Alat Penangkap Ikan. Team Penerjemah BPPI Semarang. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 1987.

Nomura,Masatsune dan Tomeyoshi Yamazaki. Fishing Techniques (1). Japan International Cooperation Agency. Tokyo. 1977

BUDIDAYA IKAN NILA SISTEM MINA PADI


Pendahuluan 

Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan di sela-sela tanaman padi. Jenis ikan yang dapat dipelihara pada sistem tersebut adalah ikan mas, nila, mujair, karper, tawes dan lain-lain.

Ikan Nila merupakan jenis ikan yang paling baik dipelihara di sawah, karena ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik meskipun di air yang dangkal, serta lebih tahan terhadap matahari.

Agar pertumbuhan tanaman padi tidak terganggu, pemeliharaan ikan di sawah harus disesuaikan dengan sistem pengairan yang ada, sehingga produksi padi tidak terganggu. Sawah yang sesuai untuk mina padi adalah sawah yang berpengairan teknis maupun setengah teknis.

Usaha mina padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat meningkatkan pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam usaha memenuhi gizi keluarga.

Selain itu, keuntungan yang didapat pada sistem mina padi ini di antaranya:

Mengurangi hama penyakit pada tanaman padi seperti hama tikus, keong mas dan wereng.
Lahan sawah menjadi subur dengan adanya kotoran ikan yang mengandung berbagai unsur hara.
Mengurangi penggunaan pupuk.
Ikan dapat juga membatasi tumbuhnya tanaman lain yang bersifat kompetitor (pesaing) dengan padi dalam pemanfaatan unsur hara.
Mengurangi biaya penyiangan tanaman liar.
Budi daya mina padi tidak terlalu berbeda dengan budi daya padi sawah biasa. Mulai dari penyemaian bibit hingga panen, semuanya relatif sama. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, berikut beberapa di antaranya:



Pemupukan


Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah kesuburan tanah dan menumbuhkan plankton-plankton sebagai pakan alami ikan.

Pemupukan Dasar. Pupuk kandang/kotoran ayam: 1-2 ton/ha sebagai pupuk dasar diberikan sesudah pengolahan tanah. Pupuk buatan dapat diberikan pupuk NPK dengan takaran pupuk P dan K berdasarkan kadar atau status hara P dan K tanah. Untuk tanah dengan kandungan P rendah, takaran pupuk: 125 kg SP-36/ha. Untuk tanah dengan status P tinggi takaran pupuk: 50 kg/ha. Pupuk P diberikan pada saat tanam atau paling lambat pada umur 3 minggu. Pupuk K hanya diperlukan pada tanah yang mengandung hara K rendah yang diberikan sekaligus pada saat tanam bersamaan dengan pemberian pupuk Urea dan SP-36 sebagai pupuk dasar atau paling lambat pada umur 40 hari atau menjelang fase primordia.
Pemupukan Susulan. Pupuk susulan berupa 50 kg/ha Urea, diberikan 2 minggu kemudian dengan cara ditebar.
Pemilihan Varietas Padi dan Bibit Ikan

Varietas padi yang cocok untuk sistem mina padi adalah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Perakaran dalam, agar padi yang ditanam tidak mudah roboh sehingga menghambat pergerakan ikan.
Cepat beranak (bertunas), untuk menghindari keterlambatan pertumbuhan tunas akibat genangan air. Batang kuat dan tidak mudah rebah, untuk menghindari pertumbuhan batang yang lemah akibat serapan air ketanaman yang cukup tinggi.
Tahan genangan pada awal pertumbuhan. Daun tegak untuk memperbanyak sinar matahari yang dapat diterima oleh permukaan daun, sehingga proses fotosintesis lebih baik dan pertumbuhan padi akan meningkat.

Varietas padi tahan hama dan penyakit.

Berdasarkan kreteria di atas maka petani banyak menjatuhkan pilihan pada varietas padi Ciherang. Jumlah benih padi yang diperlukan kurang lebih 25 kg/ha. Bibit padi dapat ditanam setelah ditumbuhkan terlebih dahulu selama 15-21 hari. Sistem tanam yang sering digunakan dalam mina padi Jajar Legowo 2:1 atau 4:1.

Adapun kriteria benih ikan yang cocok untuk mina padi yaitu:

Tahan terhadap goncangan lingkungan dan penyakit,
Memiliki pertumbuhan cepat,
Disukai konsumen,
Nilai ekonominya tinggi, dan
Diutamakan yang tidak berwarna cerah untuk menghindari serangan hama terutama hama burung,
Jenis ikan yang bisa dipilih sesuai kriteria di atas yaitu ikan nila (ukuran 5-8 cm).

Penebaran Benih Ikan


Waktu yang tepat untuk menebar benih ikan yaitu di saat tanaman padi berumur 30 HST (Hari Setelah Tanam) yaitu setelah penyiangan pertama dan pemupukan dasar. Penebaran dapat dilakukan pada sore atau pagi hari.



Ini bertujuan untuk menghindari obat-obatan atau pupuk. Jumlah benih ikan tebar padat dengan ukuran 5-8 cm kurang lebih berjumlah 1000-2000 ekor/hektar.

Pengaturan air setelah penebaran benih ikan dengan ketinggian mengikuti pertumbuhan tanaman. Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang saringan dari kawat atau anyaman bambu untuk mencegah keluarnya ikan yang dipelihara dan mencegah ikan liar masuk ke dalam petakan sawah.

Pada pintu pengeluaran air perlu diatur sedemikian rupa, untuk menahan air sesuai dengan kebutuhan dan membuang air yang berlebihan pada saat terjadi hujan.

Pemeliharaan Ikan


Pemberian pakan ikan dapat diberikan setelah 3 hari benih ikan ditebar di sawah. Jenis pakan dipilih adalah pakan apung dengan kadar protein 28-32%. Pemberian pakan dihentikan setelah ikan berkurang nafsu makannya. Periode pemberian pakan sebaiknya dilakukan 2 kali sehari pada waktu pagi dan sore hari.

Untuk memelihara kesuburan padi maka dapat diberikan pupuk kandang setelah ikan berumur 2-3 minggu, dengan cara ditebar. Dosis yang digunakan kurang lebih 0,25 kg/m2.

Pemanenan


Saat panen yang paling tepat adalah ketika 90% gabah menguning. Panen ikan dilakukan 10 hari sebelum panen padi dengan cara mengeringkan petakan sawah. Setelah air surut maka ikan akan terkumpul pada kamalir/parit.



Ikan yang ada dalam kamalir kemudian digiring menuju ke bak penampungan, selanjutnya ikan ditangkap dengan menggunakan scoop-net. Ikan-ikan yang tertangkap kemudian ditampung di tempat penampugan yang berisi air bersih.



Sumber:

http://www.gemaperta.com/2016/03/minapadi-dengan-i...

http://www.infoagribisnis.com/2016/05/mina-padi/

BUDIDAYA IKAN MASKOKI

Ikan mas koki yang memiliki nama dagang goldfish merupakan ikan yang berasal dari Cina. Ikan ini bersifat omnivora dan dapat hidup baik pada suhu 19-28 0 C dengan suhu optimal 24-28 0 C. Kisaran pH yang diinginkan antara 7.0-7.5. Ikan mas koki memiliki fekunditas antara 2000-4000 butir telur. Ikan ini memiliki warna serta bentuk tubuh yang indah dan unik sehingga banyak diminati oleh konsumen ikan hias baik itu konsumen lokal maupun mancanegara.

Ciri-ciri ikan mas koki secara umum antara lain sebagai berikut :


Bentuk utubuh umumnya pendek/bulat, gempal dan berukuran relatif kecil (lebih kecil dari ikan mas biasa).
Kepala pada umumnya kecil dengan berbagai bentuk sesuai dengan jenisnya. Namun demikian pada beberpa jenis di bagian atas kepala dan pipinya ditutupi oleh selaput/daging yang menebal sehingga kelihatan seperti singa.
Sisiknya mengkilap dan tersusun berderet dengan rapi menutupi tubuh. Warna sisik sangat indah dan bervariasi, ada yang hitam, kuning, merah dan putih kuning tergantung pigmen.
Sirip ekor umumnya lebar dan ada juga yang berumbai. Sedangkan sirip perut dan sirip dada bersama gelembung udara berperan sebagai pengatur gerakan naik turunnya ikan dalam media air.
Varietasnya berkembang menjadi sangat banyak  akibat silangan berbagai warna dan bentuk badan. Namun, hanya ada dua kelompok besar ikan mas koki, yaitu memiliki dua sirip ekor dan satu sirip ekor. Ikan bersirip dua buah pun masih bisa dibagi atas ikan bersirip punggung seperti koki spenser, raket, mutiara, dan tossa serta ikan tidak bersirip punggung seperti ranchu, kumpai dan mata balon.


1 Pemeliharaan Induk

Proses pembenihan dimulai dari pemeliharaan induk untuk mencapai kematangan gonad, kemudian dilanjutkan dengan proses pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva hingga pendederan. Pemeliharaan induk diawali dengan seleksi induk. Induk yang berkualitas memiliki ciri-ciri antara lain tidak cacat, sehat, tampak aktif, bentuknya proporsional, ukurannya terbesar diantara kelompok umurnya, dan berumur lebih dari lima bulan. Induk ikan mas koki dapat dibedakan antara jantan dengan betina berdasarkan tanda-tanda pada tubuhnya (Tabel 3.1).

1.Perbedaan Induk Jantan dan Induk Betina pada Ikan Mas Koki

Bagian yang diamati Ikan Jantan Ikan Betina
1. Sirip dada Terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan terasa kasar bila diraba. Tidak terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan terasa halus bila diraba.
2. Bentuk anus Oval dan halus. Bulat dan kasar.
3. Bentuk  badan Pada ukuran induk, badan lebih langsing. Pada ukuran induk, badan lebih gemuk dan membulat.
Sebelum dipijahkan, sebaiknya induk jantan dan betina dipisahkan terlebih dahulu dan dipelihara sekitar 2 minggu. Pemeliharan induk ini sebaiknya dilakukan di dalam kolam dengan kepadatan yang rendah, sekitar 20 ekor/m2. Pakannya dapat berupa pelet, cacing rambut ataupun cacing darah. Agar kualitas telur menjadi baik, jentik nyamuk akan lebih baik dijadikan sebagai pakan induk. Pakan alami lebih baik digunakan karena memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap daripada pakan buatan.

2 Pemijahan

Setelah sudah siap berpijah barulah kedua induk ini dapat dipelihara bersama. Tanda induk yang siap berpijah adalah perut akan terasa lembek dan lembut bila diraba. Bahkan jika ditekan sedikit akan keluar telur (betina) dan keluar cairan putih susu/sperma untuk induk jantan.

Tempat pemijahan mas koki berupa bak fiber atau kolam. Ukurannya tergantung pada jumlah induk ikan yang akan digunakan. Bila hanya sepasang induk, kolam berukuran cm dapat digunakan. Bila pemijahan dilakukan secara masal dengan induk 2-5 pasang, paling tidak ukuran kolamnya m.

Pemijahan akan lebih baik jika perbandingan antara jantan dan betina 2 : 1, baik untuk pemijahan sepasang ataupun masal. Ini dilakukan agar telur dapat terbuahi seluruhnya. Kedalaman air sebaiknya 15-20 cm. -Ke dalam wadah dapat diberikan substrat berupa enceng gondok muda yang sudah dibersihkan terlebih dahulu.

Pemijahan biasanya terjadi pada malam hari atau dini hari. Bila sarangnya dipasang pada sore hari, maka telurnya dapat dilihat pada pagi hari berikutnya. Namun, kalau belum mau memijah, airnya dapat diganti setengahnya agar induk terangsang untuk memijah. Jumlah telur mas koki sangat banyak. Setiap induk betina dapat menghasilkan 2000-4000 butir telur.

3 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih


Telur yang ada di enceng gondok dapat dipindahkan ke dalam wadah penetasan. Bisa juga bukan telurnya yang dipindahkan tetapi induknya. Perlakuan pemindahan induk akan lebih baik dilakukan dibanding pemindahan telur, karena telur lebih sensitif dan dapat menyebabkan telur berserakan ke dasar perairan.

Telur-telur tersebut biasanya akan menetas setelah tiga hari keluar dari induknya asalkan tidak terkena hujan dan mendapat cukup sinar matahari. Telur akan menetas menjadi larva ikan dan larva akan mulai berenang setelah seminggu menetas. Pada saat larva mulai menetas, enceng gondok dapat dikeluarkan dari wadah penetasan. Selanjutnya air dapat mulai dialirkan ke dalam wadah  atau diganti setengahnya.

Pada umur seminggu larva ikan mas koki sudah dapat diberi makanan berupa tetasan telur Artemia atau infusoria. Dua atau tiga hari kemudian larva dapat diberi Daphnia/kutu air saring. Sesudah agak besar (sekitar dua minggu) ikan dapat diberi cacing rambut dan pelet. Umur 3-4 minggu, kegiatan penjarangan dapat dilakukan. Frekuensi tingkat pemberian pakan 3 kali sehari.

Pembesaran ikan mas koki umumnya dilakukan di kolam yang agak luas, sekitar 1.5-1.5 m. Ketinggian air minimal 25 cm dengan kepadatan ikan  sekitar 30-40 ekor/m2. Pemberian pakan berupa pakan alami seperti Daphnia (kutu air) dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari. Untuk menjaga kualitas air, minimal 2-3 hari sekali dilakukan penyiphonan/ganti air sebanyak 1/3 volume air.

Pembesaran ikan mas koki dilakukan hingga ukuran 5 cm (seukuran diameter telur ayam). Waktu yang diperlukan kurang lebih 3-4 bulan. Persentase kelangsungan hidup (survival rate) antara 80-90 %. Selama pemeliharaan, kolam sebaiknya tersinari oleh cahaya matahari. Hal ini dapat memacu munculnya pola warna yang cerah pada tubuh ikan.

 SUMBER :

taufikbudhipramono.blog.unsoed.ac.id/2011/05/12/teknologi-budidaya-ikan-hias-3/

Selasa, 13 Februari 2018

Budidaya ikan patin (terapan)


Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkembang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan Patin Siam hanya bisa dilakukan secara buatan atau lebih dikenal dengan istilah kawin suntik (induce breeding).

Di setiap tempat, nama patin berbeda-beda. Di Vietnam, Patin Siam disebut Ca Tre Yu, di Kamboja disebut Trey Pra. Dalam Bahasa Inggeris, Patin Siam disebut Catfish, River Catfish, atau Striped Catfish. Sedangkan di Indonesia, selain dinamakan ikan patin disebut juga jambal siam, atau lele bangkok (Jawa), dan ikan juara (Sumatra dan Kalimantan).


Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan gonad ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 100 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 50 – 70 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 100 ekor induk ukuran 3 – 5 kg; beri pakan tambahan berupa pellet tenggelam sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan betina dipelihara terpisah.

Pematangan di bak tembok

 Pematangan gonad ikan patin juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 8 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 – 4 hari; isi air setinggi 60 – 80 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 50 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan dan betina dipelihara terpisah.


Seleksi

Seleksi induk ikan patin dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad : perut gendut; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan. Tanda induk jantan : gerakan lincah, lubang kelamin kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih. Usahakan saat seleksi mengangkap ikan lebih dari satu, sebagai cadangan.

Pemberokan

Pemberokan induk patin dilakukan di bak selama semalam. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 4 m, lebar 3 dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 hari; isi dengan air bersih setinggi 40 – 50; masukan 5 – 8 ekor induk; cm dan biarkan mengalir selama pemberokan. Catatan : Pemberokan bertujuan untuk membuang sisa pakan dalam tubuh dan mengurang kandungan lemak. Karena itu, selama pemberokan tidak diberi pakan tambahan.

Penyuntikan dengan ovaprim

 Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; sedot 0,6 ml ovaprim untuk setiap kilogram induk; suntikan bagian punggung induk tersebut; masukan induk yang sudah disuntik ke dalam bak lain dan biarkan selama 10 - 12 jam.
Catatan : penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dosis dari dosis total (atau 0,2 ml/kg induk) dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 dosis total (atau 0,4 ml/kg induk betina). Induk jantan disuntik satu kali, berbarengan penyuntikan kedua dengan dosis 0,2 ml/kg induk jantan.

Penyuntikan dengan hypopisa

Penyuntikan bisa juga dengan larutan kelenjar hypopisa ikan mas. Caranya, tangkap induk betina yang sudah matang gonad; siapkan 2 kg ikan mas ukuran 0,5 kg untuk setiap kilogran induk betina; potong ikan mas tersebut secara vertikal tepat di belakang tutu insang; potong bagian kepala secara horizontal tepat di bawah mata; buang bagian otak; ambil kelenjar hypopisa; masukan kelenjar hipofisa tersebut ke dalam gelas penggerus dan hancurkan; masukan 1 cc aquabides dan aduk hingga rata; sedot larutan hypopisa itu; suntikan ke bagian punggung induk betina; masukan induk yang sudah disuntik ke bak lain dan biarkan selam 10 – 12 jam.
Catatan : penyuntikan dilakukan dua kali, dengan selang waktu 6 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 dosis dari dosis total (atau 0,6 kg ikan mas/kg induk betina) dan penyuntikan kedua sebanyak 2/3 dosis total (atau 1,4 kg ikan mas/kg induk betina). Induk jantan disuntik satu kali, berbarengan penyuntikan kedua dengan dosis 0,6 ml/kg induk jantan.

Pengambilan sperma

Pengambilan sperma dilakukan setengah jam sebelum pengeluaran telur. Caranya, tangkap 1 ekor induk jantan yang sudah matang kelamin; lap hingga kering; bungkus tubuh induk dengan handuk kecil; pijit ke arah lubang kelamin; tampung sperma ke dalam mangkuk plastik atau cangkir gelas; campurkan 200 cc Natrium Clhorida (larutan fisiologis atau inpus); aduk hingga homogen. Catatan : pengeluaran sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang yang memegang kepala dan memijit dan satu orang lagi memegang ekor dan mangkuk plastik. Jaga agar sperma tidak terkena air.

Pengeluaran telur

Pengeluaran telur dilakukan setelah 10 – 12 jam setelah penyuntikan, namun 9 jam sebelumnya dilakukan pengecekan. Cara pengeluaran telur : siapkan 3 buah baskom plastik, sebotol Natrium chlorida (inpus), sebuah bulu ayam, kain lap dan tisu; tangkap induk dengan sekup net; keringkan tubuh induk dengan handuk kecil atau lap; bungkus induk dengan handuk dan biarkan lubang telur terbuka; pegang bagian kepala oleh satu orang dan pegang bagian ekor oleh yang lainnya; pijit bagian perut ke arah lubang telur oleh pemegang kepala; tampung telur dalam baskom plastik; campurkan larutan sperma ke dalam telur; aduk hingga rata dengan bulu ayam; tambahkan Natrium chrorida dan aduk hingga rata; buang cairan itu agar telur-telur bersih dari darah; telur siap ditetaskan.

Penetasan di akuarium

Penetasan telur ikan patin dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan 20 buah akuarium ukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air bersih setinggi 30 cm; pasang tiga buah titik aerasi untuk setiap akuarium dan hidupkan selama penetasan; tebarkan tebar secara merata ke permukaan dasar akuarium; 2 – 3 hari kemudian buang sebagian airnya dan tambahkan air baru hingga mencapai ketinggian semula; 2 hari kemudian beri pakan berupa naupli artemia secukupmnya; lakukan panen pada hari ke tujuh dengan menggunakan gayung plastik; larva ini siap ditebar ke kolam penederan I.
Pendederan I di kolam
Pendederan I ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.


Pendederan I di bak tembok

Pendederan I ikan patin bisa juga dilakukan di bak tembok dan plastik. Caranya : siapkan bak tembok atau plastik berukuran panjang 3 m, lebar 1 m m dan tinggi 0,6 m; keringkan selama 2 hari; pasang lima buah 7 buah titik aerasi; pasang 4 buah pemanas air; masukan 100.000 larva hasil dari tempat penetasan; beri pakan berupa naupli artemia sampai hari ketujuh; siphon setiap hari (bersihkan dengan selang) sisa naupli artemia yang tidak termakan; beri pakan cincangan cacing rambut yang sudah dicuci dengan air bersih; siphon setiap hari cacing yang tidak termakan; panen setelah berumur 3 minggu; seleksi benih-benih tersebut dengan ayakan seleksi. Benih yang dipanen berukuran 0,5 – 1,0 inchi.

Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasar; tebarkan 5 - 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 30.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi); beri 2 – 4 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih dilakukan setelah berumur sebulan.

Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 20.000 ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4 - 6 kg pelet kecil (khusus lele); panen benih dilakukan sebulan kemudian.

Pembesaran

Pembesaran ikan patin dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 6 - 8 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 - 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 400 – 500 kg.
Pembesaran di keramba jaring apung lapis pertama
Pembesaan ikan patin bisa juga dilakukan di kolam jaring apung (KJA). Caranya, siapkan sebuah kolam jaring apung lapis pertama; masukan 300 kg benih hasil pendedera III yang sudah diseleksi; beri pelet setiap hari secara adlibitum (beri saat lapar dan hentikan setelah kenyang; lakukan panen setelah 3 bulan. Sebuah keramba jaring apung dapat meghasilkan ikan konsumsi sebanyak 1,5 – 2 ton.

Pembesaran di keramba jaring apung lapis kedua

Pembesaan ikan bisa juga dilakukan di kolam jaring apung (KJA) lapis kedua. Pembesaran ini tidak sebagai komoditas utama, tetapi sebagai komoditas sampingan. Caranya, siapkan sebuah kolam jaring apung lapis kedua; masukan 200 kg benih hasil pendederan III yang sudah diseleksi; selama pemeliharaan tidak diberi pakan tambahan, tetapi hanya memanfaatkan pakan sisa ikan mas; Panen dilakukan setelah 3 bulan. Sebuah kolam jaring aung dapat meghasilkan ikan konsumsi sebanyak 400 - 500 kg.

Sumber :


Cara Budidaya Ikan Lele dengan Media Kolam Tanah dan Tips Pemeliharaannya Budidaya ikan lele merupakan salah satu kegiatan atau usaha yang b...